“Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama”
Setiap orang memiliki jalan cerita hidup yang berbeda dan setiap orang mempunyai takdirnya masing-masing. Ada orang yang ditakdirkan penuh kebahagiaan, ada pula yang sebaliknya. Saat takdir itu datang, tak ada yang bisa menolaknya. Kita harus menyiapkan diri untuk menjemput takdir Tuhan Yang Maha Kuasa di setiap hela nafas dalam tugas dan pengabdian untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Ini adalah kisah inspiratif bagi keluarga kami dimana setelah 45 tahun lamanya kami keluarga MJ Usemahu di Ambon Provinsi Maluku baru mengetahui bahwa ternyata nama ayah kami diabadikan sebagai salah satu nama jalan di distrik Bokondini Kabupaten Tolikara Provinsi Papua. begini ceritanya :
Malam itu (19/10) saya kaget dan terharu ketika Kakak saya mengirimkan foto dari temannya anggota Polri yang lagi bertugas di distrik Bokondini Kabupaten Tolikara Provinsi Papua tertulis di Papan nama tersebut Polri Resor Tolikara Distrik Bokondini 𝐉𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐌.𝐉 𝐔𝐒𝐄𝐌𝐀𝐇𝐔 𝐍𝐨 𝟐 𝐁𝐨𝐤𝐨𝐧𝐝𝐢𝐧𝐢.
Ternyata nama Ayah kami diabadikan sebagai nama jalan pada distrik ini. Mungkin bagi orang lain biasa saja tetapi bagi kami keluarga, ini hal yang luar biasa yang kiranya dapat menjadi panutan dan motivasi bagi anak cucu beliau almarhum AKP. Pol Purn Mochtar Jusuf (MJ) Usemahu untuk terus menebar kebaikan dan membantu sesama tanpa pamrih.
Awalnya saya (Amrullah Usemahu anak ke-6) mengira ini hanya editan Photoshop semata tetapi ternyata setelah di cek via link berita tentang distrik Bokondini memang benar nama almarhum diabadikan salah satu nama jalan disana.
Bhayangkara Sejati
Ayah kami yang berprofesi sebagai anggota Polri semasa hidupnya selalu berpindah-pindah tugas dari provinsi satu ke provinsi lainnya. Tahun 60an bertugas di daerah pontianak Kalimantan Barat sehingga keempat kakak saya semuanya lahir di kota tersebut. Kami tujuh bersaudara, kemudian era tahun 70-80an berpindah ke Jayapura Irian Jaya (Papua kini) Saya dan kakak nomor lima lahir di kota ini kemudian satu adik kami lahir di Kota Wamena disaat ayah ditugaskan kesana dan saat itu masih bernama kabupaten Jayawijaya sebelum akhirnya ayah berpindah tugas ke Maluku hingga pensiun di Polres Maluku Tengah.
Saya kemudian menanyakan kakak nomor dua kami, Kakanda Yusran Usemahu “Kenapa bisa nama bapak diabadikan sebagai nama jalan di distrik Bokondini Papua. Dia pun menceritakan bahwa Ayah pernah ditugaskan menjadi komandan sektor (Dansek) disana, daerah itu adalah daerah pegunungan dan coba dibayangkan saja bagaimana di era tahun 80an beliau bisa survive dalam tugas dan pengabdiannya kepada masyarakat disana.
Almarhum ayah itu sangat disayangi para kepala suku di daerah sekitar Distrik Bokondini Tolikara tersebut. Mungkin karena pembawaannya yang low profil , dekat dan suka membantu masyarakat ” Kata kakak.
Pernah ada cerita, ayah itu sudah beberapa kali mengajukan atau ikut dalam tes calon perwira (Capa) hingga ikut seleksi sampai tiga kali namun tidak lolos juga. Akhirnya suatu saat ada kunjungan kerja Kapolda Irian Jaya waktu itu ke Bokondini dan melalui aspirasi para kepala Suku, akhirnya Kapolda menerbitkan memo untuk menyekolahkan ayah
Kami (anak-anaknya) biasanya melihat dan mendengar cerita saja. Rumah kami di asrama polisi selalu ramai dikunjungi masyarakat dan para kepala suku dari pedalaman. Biasanya mereka datang membawa sayur-sayuran, hewan ternak dll. Ayah sudah menganggap mereka seperti keluarga sendiri, kami biasanya diajak ke kampung-kampung mengikuti acara adat yang biasa dilaksanakan seperti bakar batu dll. Hingga kini saya masih mengingat akan lagu yang biasa dinyanyikan tentang Bokondini. Ini sedikit potongan liriknya :
“Tiom, Bokondini negeri yang kucinta ditengah-tengahnya gunung raksasa. Dari tiom sampai di kurima semuanya asal dari Wamena”
Apresiasi Keluarga Usemahu untuk Distrik Bokondini
Atas nama keluarga kami mengucapkan terimakasih banyak kepada para Kepala Suku, tokoh adat, tokoh agama dan masyarakat dan pemerintah daerah pada Distrik Bokondini Kabupaten Tolikara atas penghargaan yang diberikan kepada Ayahanda kami. Walaupun kita berbeda suku, agama dan ras tetapi jiwa toleransi dan persaudaraan itu tertanam dari hati yang terdalam. Kebaikan pastinya akan terbalas dengan kebaikan pula dan kita bersatu dalam kemanusiaan.
Semoga almarhum Ayahanda kami, Mantan Dansek Bokondini, Kapolsek Seram Utara Raya, Kabagmin Polres Maluku Tengah dan Anggota DPRD Maluku Tengah dari Fraksi ABRI di jamannya itu Husnul khotimah diberikan tempat terbaik disisi ALLAH SWT … Amin Allahuma Aminn!!
Pesan-pesan ayah untuk Jaga Integritas dan nama baik keluarga akan terus kami lanjutkan. “Orang pung (punya) itu orang pung (punya) Katong (kita) pung (punya) ya itu Katong (kita) pung (punya), jangan mengambil hak-hak dan bikin susah orang lain”
Nilai positif lain yang bisa diambil dari kisah hidup Ayahanda sebagai Purnawirawan Polri ditengah begitu kompleksnya dan dinamika di tubuh internal Polri saat ini adalah “Yakin Sungguh Masih banyak anggota Polri yang baik dan berdedikasi tinggi melayani dan mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara. Rastra Sewakottama“. (AU)